Selamat Datang di Blog Arbain

Senin, 15 Desember 2014

RASIALIS
Oleh : Arbain Maksum

Pada masa jahiliyah para pembesar Kuraisy memandang kedudukan, kepangkatan, kekayaan, dan keturunan, adalah derajat yang sangat tinggi, sehingga mencemoohkan orang-orang miskin bukanlah merupakan suatu perbuatan yang buruk.
Sifat ini terbawa sampai pada masa Rasulullah SAW., dapat kita baca pada banyak riwayat betapa Rasulullah Muhammad SAW. mendapat cemoohan dari kaum Jahiliyah.
Adat jahiliah yang suka bersombong-sombong dan bermegah-megah dengan menonjolkan kebesaran nenek moyangnya, sehingga apa yang disembah oleh nenek moyangnya merekapun ikut menyembah tanpa dalil dan hujjah yang jelas.
Mereka juga suka memandang rendah pada orang lain misalnya kepada budak-budak, apalagi jika warna kulit lebih hitam dari kulit mereka.
Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan, padahal menurut pandangan Allah orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling takwa kepada Nya.
Diriwayatkan oleh Abi Mulaikah tatkala terjadi Futuh Mekah yaitu kembalinya negeri Mekah ke bawah kekuasaan Rasulullah saw pada tahun 8 Hijriah, maka Bilal disuruh Rasulullah saw untuk berazan. Ia memanjat Kakbah dan berazan, berseru kepada kaum muslimin untuk salat berjemaah.
Attab bin Useid ketika melihat Bilal naik ke atas Kakbah untuk berazan, berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku sehingga tidak sempat menyaksikan peristiwa hari ini". Dari Haris bin Hisyam berkata: "Muhammad tidak akan menemukan orang lain untuk berazan kecuali burung gagak yang hitam ini". Maksudnya mencemoohkan Bilal karena warna kulitnya yang hitam
(dikutip dari Tafsir Depag).
Manusia itu hanya dua macam, yakni seorang yang berbuat kebaikan dan bertakwa, dialah yang mulia pada sisi Allah. Dan seorang lagi yang durhaka, dialah yang celaka, yang sangat hina menurut pandangan Allah SWT.
Firman Allah SWT:

يَاأَيُّهَاالنَّاسُ إِنَّاخَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍوَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًاوَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُواإِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَاللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ{13}
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujuraat : 13)

Islam sangat menentang rasialis. Dimata Allah SWT hanya orang bertakwa yang dimuliakan-Nya, tidak peduli apakah mereka kaya atau miskin.

Lalu bagaimana kiat kita sehingga tidak tergolong sebagai orang yang rasialis?.
Mari kita mencoba dan berikhtiar mengamalkan hal-hal berikut:
1.        Kita sebagai manusia betul-betul menyadari bahwa kita adalah makhluk yang lemah (dho’if) secara fisik, banyak keterbatasan/kekurangan, bodoh (jahil) dan sangat bergantung kepada yang lainnya (fakir). Bersyukurlah setiap saat.
2.        Renungkan asal kejadian kita sebagai manusia, jauhi sifat-sifat  sombong, ujub, takabur, hasad dan sifat tercela lainnya.
3.        Menyadari bahwa kita sama derajatnya dihadapan Allah SWT.,  yang membedakan kemuliaan diantara manusia adalah ketakwaanya kepada Allah SWT.

4.        Berlaku adil, tidak diskriminatif. Tentu perlakuan adil disini tidak harus sama. Kita bisa meneladani sifat Allah yang maha adil. 

Rabu, 03 Desember 2014



UJIAN
Oleh : Arbain Maksum

Adalah seorang pemuda bernama Rizal dengan terpaksa menjadi seorang pengumpul pelastik bekas demi membiayai hidup dan kuliahnya.
Rizal seorang pemuda yang baru menginjak usia 21 tahun, kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta memasuki semester lima, jurusan Teknik Informatika. Prestasinya terhitung baik dengan IPK 3,15.
Sebenarnya dengan IPK segitu sudah bisa untuk mengajukan beasiswa, tapi Rizal tak pernah melakukannya atau lebih tepatnya tak sempat mengajukan permohonan mengajukan beasiswa. Ketika seorang temannya bertanya mengapa dia tidak mencoba menggunakan kesempatan mendapatkan beasiswa, Rizal hanya menjawab, “mana sempat saya berfikir kesana mas, coba saja bayangkan pagi-pagi saya sudah harus nyetor barang-barang ini (sambil menunjuk ke karung berisi pelastik bekas yang sengaja dititipkan di kantin kampus) ke pengepul, dari sana saya dapatkan bayaran yang suka atau tidak sebagian harus saya sisihkan untuk biaya kuliah, sebagian lagi untuk biaya makan sehari-hari. Selanjutnya saya berangkat kuliah sambil melakukan ‘operasi bersih’ alias ngumpulkan pelastik-pelastik bekas, sampai di kampus saya titipkan karung ini ke kantin lagi dengan harapan semoga semakin bertambah, selesai kuliah, ‘operasi bersih’ lagi sampai ke pondokan menjelang magrib, waktu saya belajar tak usah ditanyakan saja ya mas”. “Itu alasan kamu yang pertama ya ?”, sambung teman Rizal itu. “Iya”, jawab Rizal dan dilanjutkan, “yang kedua kamu tau sendiri bahwa untuk mengajukan permohonan kita setidaknya menggunakan komputer dan sejenisnyalah. Memang sih, idealnya mahasiswa Teknik Informatika memiliki komputer atau laptop sendiri untuk mencari info, mendapatkan referensi dan sebagainya, tapi Allah SWT belum mengizinkan saya untuk memilikinya. Uang saya terbatas, ingin pergi ke warnet saja saya harus berfikir 200 kali”. Mendengar itu teman Rizal tersenyum seraya menimpali “Iya kamu adalah salah satu teman terbaikku, taat pada agama, rajin beribadah, sholat tidak pernah bolong, berdo’a paling tekun dan lama, tapi ....”. “Saya tau maksud kamu”, potong Rizal. “Kamu ingin mengatakan bahwa kenapa nasib saya tidak berubah, iya khan?”. Rizal seolah bertanya, “begini temanku”, Rizal melanjutkan, “ada suatu pelajaran dari Allah SWT dalam Al-qur’an surat Al-Ankabuut ayat 2-3:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ {2}
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ {3}              
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: `Kami telah beriman`, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Tanpa terasa mulut Rizal membacakan kedua ayat tersebut yang memang sudah dia hafal, kemudian Rizal melanjutkan cerita, “Dahulu ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan ujian berat yang diterima oleh kaum muslimin ketika akan melakukan hijrah (berpindah) tempat tinggal dengan tekad mempertahankan Islam. Perpindahan ini tentu saja dihalang-halangi kaum musyrik yang tidak jarang menimbulkan korban. Tapi intinya ayat tersebut adalah peringatan dari Allah SWT bahwa setiap orang yang beriman pasti akan mendapatkan suatu ujian untuk meningkatkan derajatnya disisi Allah SWT”. Teman Rizal termenung sejenak, kemudian melanjutkan pertanyaan, “kalau kamu tidak keberatan bisakah kamu ceritakan apa hubungan hijrah itu dengan maaf nasibmu ini temanku”. Sambil menyodorkan segelas air putih Rizal melanjutkan, “begini teman, hijrah dalam hidupku ini bermula ketika ayah dan ibuku mengalami kecelakaan lalu lintas di kota ini beberapa tahun lalu. Dahulu kehidupan kami bertiga lumayan sejahtera, ayah seorang pengusaha bengkel sederhana yang modalnya didapat dari pinjaman bank. Ujungnya setelah ayah dan ibu tidak ada, semua usaha ayah itu disita oleh bank. Mulai saat itulah kehidupan saya berubah 180 derajat. Sekolah dan makan harus mencari sendiri, mulai saat itu pula saya sedikit demi sedikit mengerti arti kerasnya kehidupan. Saya tidak kecewa dengan takdir Allah, karena Allah melarang untuk berputus asa. Allah mungkin tidak mengabulkan apa yang saya ingin dan angankan, namun Allah selalu memberikan apa yang saya butuhkan.”
“Zzzzz...rrr, zzzz....”, jawab teman Rizal.
Rizal menoleh, “Sialan kamu, capek-capek begini malah tidur, bangun, bangun, banguuuun, sana pulang!, asytaqfirullahal adziim”

Senin, 25 Februari 2013

Musibah

Musibah

 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ {41}

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum : 41)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 41
Timbulnya kerusakan baik di darat maupun di laut, adalah sebagai akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Karena merekalah yang ditugaskan Tuhan untuk mengurus bumi ini. Mereka mempunyai inisiatif dan daya kreatif. Sedangkan segala makhluk, selain manusia yang ada di permukaan bumi ini bergerak hanya menurut tabiat dan instinknya yang telah ditetapkan Allah kepadanya, mereka tidak mempunyai inisiatif (naluri) daya upaya selain dari instink itu. Karena itu segala makhluk selain manusia, keadaannya tetap sejak dulu kala sampai sekarang. Mereka tidak mengalami perubahan. Hanya manusia sendirilah yang hidup bermasyarakat dan mempunyai kebebasan. Mereka mempunyai akal dan berkebudayaan. Kebudayaan manusia itu makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan perkembangan itu, perkembangan persenjataan, dari alat yang sangat sederhana sampai kepada bom atom neutron yang mutakhir ini, maju pula. Alat persenjataan itu maju karena adanya perselisihan dan pertentangan yang hebat antara orang dengan orang lainnya, atau antara golongan dengan golongan lainnya, atau antara negara dengan negara lainnya. Perselisihan timbul karena adanya penyelewengan, perbedaan pendapat, baik dalam pergaulan atau dalam akidah, seperti kedurhakaan kepada Allah SWT, dusta, korupsi, manipulasi, khianat, tidak mempunyai pendirian dan lain-lain sebagainya yang memenuhi dunia dan manusia dengan kejelekan dan keburukan. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa kerusakan itu timbul di darat dan di laut. Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa "laut" di sini berarti kota-kota besar atau desa-desa yang di pinggir laut. Sedangkan darat artinya kampung-kampung atau desa-desa yang terdapat di darat atau padang pasir. Pernyataan Allah itu merupakan suatu petunjuk bahwa kerusakan itu adalah insidentil sifatnya. Sebelum ada manusia tak ada kerusakan. Tetapi berbarengan dengan adanya manusia maka kerusakan itupun terjadi pula. Hal itu bukan berarti bahwa manusia itu faktor perusak di atas bumi ini. Sebab kalau demikian halnya, tentu manusia itu tak berhak menjadi wakil Tuhan di bumi. Tetapi kalimat itu memberikan petunjuk bahwa dasar kejadian semua makhluk yang ada di bumi, termasuk bumi adalah baik. Dalam hal ini keadaannya tak ubahnya seperti keadaan manusia pada permulaan kejadiannya, yaitu menurut fitrah yang baik. Karena kebanyakan fitrah manusia itu rusak, maka rusak pulalah fitrah alam ini. Mereka mengambil alat-alat yang baik dan bermanfaat pada alam ini sebagai alat penghancuran, pengrusakan dan lain-lain sebagainya. Sungguhpun demikian, tak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia itu besar sekali jasanya di atas bumi, seperti membikin bangunan-bangunan pencakar langit, menciptakan komputer, pergi ke bulan dan lain-lain. Kerusakan yang terjadi di permukaan bumi ini mungkin juga timbul karena kesyirikan, keingkaran dan kesesatan manusia. Mereka tak mau menuruti perintah Allah yang disampaikan oleh para Rasul-Nya. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa perkelahian antara Habil dan Qabil, peristiwa kaum Samud, tenggelamnya kaum Nuh dan lain-lain. Kemudian ayat 41 ini diteruskan dengan pertanyaan bahwa kerusakan itu terjadi karena ulah tangan manusia itu sendiri. Manusia mengerjakan hal itu dengan kehendaknya yang bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Karena perbuatan yang timbul dari kehendak yang bebas itu, mereka akan diminta pertanggungjawabannya kelak di kemudian hari. Seterusnya ayat ini menyatakan bahwa dengan adanya kerusakan itu manusia akan dapat merasakan sebagian dari perbuatan jelek mereka itu. Maksudnya apa yang diperbuat manusia itu akan dihisab, yang baik di balas dengan baik dan yang jelek dibalas dengan jelek pula. Adapun makhluk lain yang hidup bersama manusia di atas bumi ini, apa yang diperbuatnya bukanlah menurut kehendaknya. Keadaannya tak ubahnya seperti keadaan biji kacang yang ditanam di dalam tanah yang subur, tentu dia akan tumbuh, berbunga dan berbuah menurut sifatnya. Karena iradahnya itu manusia bertanggung jawab atas semua perbuatannya itu, agar dia merasakan hasil perbuatannya itu, baik atau jelek.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
Artinya:
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S. An Najm: 39)

Ayat 41 ini mengingatkan akan adanya perbuatan jelek, yang sifatnya merusak di permukaan bumi. Dan seterusnya manusia yang berakal hendaknya menjauhi perbuatan jelek itu, dan berbuat sesuatu serta berguna bagi masyarakat. Kalimat yang menyatakan bahwa dalam ayat ini agar mereka merasakan sebagian akibat perbuatan jelek mereka itu merupakan rahmat dari Allah SWT. Manusia yang berbuat jelek itu hanya sebagian saja dengan harapan hal itu akan menjadi penghambat bagi mereka untuk tidak berbuat jelek lagi, dan agar mereka kembali kepada Allah SWT. di waktu yang dekat serta berjalan di atas jalan yang benar. Andaikata Allah menyiksa semua manusia yang melakukan perbuatan jelek tentu mereka akan hancur semuanya, bahkan semua binatang yang melatapun di bumi ini turut hancur.

Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya:
Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, (Q.S. Fatir: 45)

Perbuatan jelek yang dapat dikatakan sebagai perbuatan dosa besar dan dapat menyebabkan kerusakan ialah: Beragamanya manusia kepada yang bukan agama Allah (agama Islam), atau mengambil pelindung selain Allah, atau menyatakan bahwa Allah itu beranak atau mempersekutukan-Nya.

Karena dosa besar itulah Tuhan berfirman:
Artinya:
Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh". (Q.S. Maryam: 90)
وَمِنْ آيَاتِهِ أَن يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُم مِّن رَّحْمَتِهِ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون َ {46}
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahan kamu bersyukur.(QS. Ar-Ruum(30):46)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 46
Di antara tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah dan sebagai bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa Dia telah meniupkan angin menghalau awan ke suatu tempat, kemudian awan itu semakin berat, sehingga menjadi mendung yang akan menurunkan hujan. Adanya angin dan mendung ini merupakan kabar gembira bagi manusia yang telah menunggu-nunggu turunnya hujan yang akan menyirami kebun, sawah dan ladang mereka. Dengan adanya angin dan awan itu tergambarlah dalam angan-angan mereka bahwa tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman mereka akan hidup subur, mereka akan memperoleh hasil yang cukup untuk kehidupan keluarga mereka, dan binatang ternak mereka akan berkembang biak: Angin yang baik di lautan menimbulkan harapan yang baik pula bagi para pelaut yang sedang mengarungi lautan. Dengan angin yang baik kapal dapat berlayar dengan baik pula, timbul perasaan tenang dan tenteram dalam hati setiap awak kapal itu yang membawa muatan ke pelbagai negeri, menghubungkan antara negeri yang berjauhan. Perahu layar akan meluncur dengan cepat dan tenang dengan hembusan angin yang baik. Para nelayan berlega hati mencari rezeki Allah di lautan dalam hembusan angin yang sepoi basah. Demikianlah rahmat Allah yang tiada terhingga banyaknya. Diterangkan rahmat-rahmat itu kepada manusia agar mereka bersyukur kepada-Nya.
Allah SWT berfirman:
Artinya:
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An Nahl: 18)

Jika manusia mensyukuri nikmat Allah, Dia akan menambahnya, dan barangsiapa yang mengingkari nikmat-Nya, maka azab yang pedih akan menimpanya. Allah SWT berfirman: Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim: 7)

اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُسَحَابًافَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاء كَيْفَ يَشَاءوَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ فَإِذَاأَصَابَ بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ {48}
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira(QS. Ar-Ruum(30):48)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 48
Ayat ini menegaskan ayat yang sebelumnya tentang kegembiraan manusia, jika mereka melihat tanda-tanda akan turunnya hujan yang akan membawa rahmat bagi mereka. Allah SWT yang menghembuskan angin dan menghalaukan awan, hingga awan itu berkumpul dan bergumpal-gumpal di langit. kemudian dari celah-celah awan itu turun hujan. Jika hujan itu menimpa orang-orang yang selalu mengharapkannya maka mereka itupun bergembira karenanya.

وَإِن كَانُوا مِن قَبْلِ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْهِم مِّن قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ {49}
Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.(QS. Ar-Ruum(30):49)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 49
Ayat ini menerangkan keadaan orang-orang yang sedang mengharap-harapkan turunnya hujan. Kemarau panjang telah menimpa negeri mereka, sumur-sumur telah mengering, apalagi sawah dan ladang mereka. Sukar mencari air yang mereka minum, apalagi air untuk membersihkan diri dan pakaian mereka. Tanam-tanaman yang mereka tanam telah mati kekeringan, binatang ternak mereka telah mati kehausan. Di segala tempat telah diusahakan pencaharian sumber-sumber air, namun usaha itu masih belum berhasil. Karena telah berputus asa mencari air itu. Satu-satunya harapan hanyalah kepada Yang Maha Kuasa, Pencipta Semesta Alam, agar Dia menurunkan hujan. Di saat itu datanglah angin yang menghembuskan awan yang datang bergumpal-gumpal, semakin lama awan itu semakin hitam dan berat. Setiap insan yang melihatnya tentulah berpendapat bahwa hujan akan turun sebentar lagi. Jika hujan itu telah turun merekapun bergembira ria dan timbullah harapan dan cita-cita.

فَانظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ {50}
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Ar-Ruum(30):50)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 50
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya termasuk juga di dalamnya seluruh kaum Muslimin supaya memperhatikan bekas-bekas rahmat Allah yang ada di bumi ini. Di antaranya bagaimana Dia telah menghidupkan bumi setelah bumi itu tandus dan mati, menumbuhkan tumbah-tumbuhan, tanam-tanaman di bumi itu setelah menyiramnya dengan air hujan. Sebenarnya dengan bukti yang demikian itu saja, manusia akan sampai kepada kesimpulan bahwa Allah SWT Maha Agung, Maha Kuasa lagi Maha Luas Rahmat-Nya. Jika Allah SWT Yang Maha Kuasa itu sanggup menghidupkan bumi yang telah mati, tentulah Dia sanggup pula menghidupkan manusia yang telah mati dan membangkitkannya kembali di akhirat kelak. Hal itu adalah mudah bagi-Nya, sebagaimana diterangkan pada firman-Nya yang lain:
Artinya:
Dan dia membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh, katakanlah: "la akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk". (Q.S. Yasin: 78-79)

Rabu, 19 Mei 2010

TENTANG NASIHAT


Bunda Lilis StanlieMarch 26, 2010 at 5:39pm
Judul: TENTANG NASIHAT.
BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM,
Assallamu'alaikum wrb,
Ketahuilah: "Barangsiapa menasihati saudaranya secara diam-diam, maka ia telah menghiasinya. Barangsiapa menasihatinya secara terang-terangan, berarti ia telah membuat aib baginya".
Dan seseorang tidak akan bisa memberimu nasihat jika ia sendiri tidak menasihati dirinya."

Setiap amal ada pahalanya dan setiap perbuatan ada pertanggung jawabannya......

Semua orang punya sudut pandang sendiri-sendiri dgn apa yg bunda tulis diatas, tapi yg bunda maksud adalah bila seseorang mempunyai satu kesalahan lebih baik ditegur dgn baik/sabar /bicara empat mata, supaya ia tidak merasa dipermalukan bila sedang dinasihati.
Dan biasanya bila kita menasihati secara diam-diam, lebih baik hasilnya daripada di-marahi/dinasihati secara keras atau diketahui orang lain kesalahannya itu.
Menasihati pada saat khutbah itu,sifatnya Umum. Jadi tidak ada kaitannya dgn yg bunda tulis .

Terimakasih atas perhatiannya ya.....
SEMOGA CATATAN KECIL INI BERMANFAAT. Amiin..

Wassallam,

Minggu, 16 Mei 2010

Kontak Saya

Terima kasih, Informasi anda sangat berguna bagi pengunjung website ini.
Petunjuk:
1. Ketik nama anda pada lajur "Nama anda"
2. Ketik alamat email anda pada lajur "Alamat email anda"
3. Ketik alamat email tujuan, karena anda ingin mengirim komentar ke alamat email saya maka ketik pada lajur "Alamat email teman" dengan arbainmaksum@yahoo.co.id
4. Ketik pesan/komentar anda
5. Ketik pada kotak verifikasi sesuai dengan huruf-huruf yang tergambar
6. Kelik KIRIM EMAIL.

Senin, 10 Mei 2010

ORANG-ORANG MISKIN DAN WANITA-WANITA AKHLI SURGA.


Bunda Lilis StanlieMarch 25, 2010 at 6:22am
Judul: ORANG-ORANG MISKIN DAN WANITA-WANITA AKHLI SURGA.
Bismillahir Rahmaanir Rahiim,
Assallamu'alaikum wrb.

Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya aku telah melihat surga,lalu aku melihat orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin dan orang-orang Muslim masuk ke dalam surga dgn berjalan cepat .Aku tidak melihat seorangpun yg kaya masuk ke surga bersama-sama mereka,kecuali Abdurrahman bin 'Auf.
Aku melihatnya masuk ke surga bersama mereka dgn merangkak"

KEMUDIAN,Rasulullah Saw menepuk bahu putrinya Fatimah dgn tangannya ,seraya berkata :"Bergembiralah engkau,wahai Fatimah.
Sesungguhnya engkau adalah penghulu para wanita penduduk surga."

Maka Fatimah bertanya,"Bagaimanakah halnya dgn Asiah, istri Fir'aun,dan Maryam, anak perempuan Imran ?

Rasulullah Saw menjawab:"Asiah adalah penghulu para wanita di zaman nya,Maryam adalah penghulu para wanita di zamannya,Khadijah adalah penghulu para wanita di zamannya,dan engkau adalah penghulu wanita di zamanmu.

Sesungguhnya kamu semua berada dlm rumah-rumah terbuat dari emas,tidak ada ganguan dan hiruk pikuk di dalamnya.

SubhanAllah.....
Semoga catatan ini menambah pengetahuan untuk kita semua ya...

wassallam,


Bunda Lilis StanlieMarch 26, 2010 at 3:35am
Judul: TENTANG ILMU PENGETAHUAN.
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim,
Assallamu'alaikum wrb,

Segala puji hanya milik Allah,Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabi Muhammad Saw,al-Amin. Amma ba'du.

Islam adalah Din (agama) persamaan yg menyamakan laki-laki dan wanita dlm perkara pahala dan siksa.
Dan menganjurkan keduanya untuk bertafakur tentang ciptaan Allah serta beramal untuk mencapai keridhaan-NYA.

Islam yg hanif mengajarkan kepada kita bahwa mempelajari suatu ilmu karena Allah merupakan bentuk rasa takut kepada-Nya.

Menuntut ilmu adalah ibadah.
Menelaahnya merupakan tasbih.
Mencarinya merupakan jihad.
Mengajarkan kepada orang yg tidak tahu merupakan sedeqah.
Mencurahkannya kepada keluarga merupakan amalan takarub.

Ilmu adalah penghibur ketika sendiri,teman ketika terasing dan petunjuk kepada Din.
Dengan Ilmu,Allah mengangkat derajat beberapa kaum untuk dijadikan sebagai pemimpin dan penghulu kebaikan yg diikuti petunjuk kebajikan.

Dengan Ilmu,Allah disembah,ditaati,ditauhidkan,dan diagungkan.
Dengan Ilmu,larangan-larangan Allah dijauhi,hubungan silaturahmi disambung,halal dan haram diketahui.

Dan tujuan yg luhur dan makna-makna yg indah tersebut,seoarang Muslimin atau Muslimah berusaha dgn segala upayanya untuk mencari ilmu pengetahuan dan pendalaman tentang Din nya.
Karena itu,kita lihat diantara mereka ada yg akhli hadits,akhli Fiqih,akhli ibadah dan hidup yg wara atau hidup Zuhud.


INSYAALLAH CATATAN KECIL INI AKAN BERMANFAAT DI DUNIA DAN AKHIRAT.

Senin, 26 April 2010

Cara Turunnya Al-Quran

Sebuah hadits yang diketengahkan melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa orang-orang musyrik telah berkata, "Seandainya Muhammad benar seorang Nabi seperti yang diakuinya, mengapa Rabbnya membuatnya hidup sengsara? dan mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?"

Orang-orang Yahudi berkata: "Mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepada Muhammad sekali turun saja?". Seperti kitab-kitab dari Allah sebelumnya. Kitab Taurat kepada Musa dan Zabur kepada Daud. Anggapan orang-orang Yahudi bahwa kitab-kitab sebelum Alquran diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya secara sekaligus adalah anggapan yang salah. Sebab kitab Taurat sendiri diturunkan dalam 18 tahun seperti diterangkan dalam beberapa nas dalam kitab Taurat. Maka Allah menolak anggapan mereka itu dan menerangkan apa sebab-sebabnya mengapa Alquran diturunkan secara berangsur-angsur. Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengan diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur dan agar mudah dihafalkannya.

Peristiwa diatas merupakan asbabun nuzul dari Al-quran surat Al Furqaan ayat 32:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

Berkatalah orang-orang yang kafir:` Mengapa Al quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? `; Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya kelompok demi kelompok (QS. Al-Furqaan : 32)


Tersebut dalam firman Allah:
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً {106}
Artinya:
Dan Alquran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Q.S. Al Isra': 106)
Turunnya Alquran secara berangsur-angsur memang mengandung banyak hikmah:

  1. Karena Nabi Muhammad saw tidak dapat membaca dan menulis (ummi) maka seandainya Alquran itu diturunkan kepadanya sekaligus, tentulah menjadi kesulitan baginya untuk menghafalnya dan menjaganya dari kesalahan dan kekhilafan.
  2. Supaya hafalannya lebih sempurna dan terhindar dari segala kealpaan.
  3. Seandainya Alquran itu diturunkan sekaligus, tentu syariat-syariatnyapun diturunkan sekaligus; dan yang demikian itu pasti mengakibatkan banyak kesulitan, tetapi karena turunnya berangsur-angsur maka datangnya syariatpun berangsur-angsur sehingga mudah dilaksanakan.
  4. Karena turunnya Alquran itu berangsur-angsur, maka Nabi Muhammad saw. sering berjumpa dengan malaikat Jibril sehingga banyak menerima nasihat guna menambah semangat, kesabaran dan ketabahan dalam menunaikan risalah-Nya.
  5. Karena turunnya Alquran banyak berkaitan dengan sebab-sebab turunnya seperti adanya pertanyaan-pertanyaan; peristiwa-peristiwa, kejadian, maka yang demikian itu lebih membekas dalam hati para sahabat karena merupakan pengalaman.
  6. Dengan turunnya Alquran secara berangsur-angsur mereka tidak mampu meniru Alquran walaupun satu ayat, apalagi jika Alquran itu diturunkan secara sekaligus.

Sebagian hukum syariat Islam pada permulaannya diturunkan disesuaikan dengan adat-istiadat kaum Muslimin pada waktu itu, yang kemudian setelah mereka tambah cerdas dan bertambah tebal keimanannya baru diterapkan syariat Islam yang lebih sempurna dengan ayat-ayat Alquran yang turun kemudian. Seandainya Alquran itu diturunkannya sekaligus tentu hal demikian itu tidak mungkin terjadi. Dan kami menurunkannya dan membacakannya dengan perantaraan Jibril kelompok demi kelompok.